Kepemimpinan yang Melayani: Ajaran dari Alam
Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa yang beragam yang kemudian tersebar di 5 pulau besar. Hal tersebut tentunya membuat kita bangga sebab keberagaman menjadi kekuatan tersendiri bagi kita.
Namun, disisi lain kekuatan juga dapat menjadi tantangan jika tidak disikapi dengan benar, salah satunya bisa berpotensi untuk memecah belah. Kekuatan seringkali diidentikkan dengan kekuasaan, dan kekuasaan berarti membutuhkan seorang pemimpin. Kepemimpinan yang berlandaskan perbedaan latar belakang memunculkan gaya kepemimpinan yang beragam. Lalu, apakah pemimpin tersebut dapat menjadi pimpinan yang dapat melayani dalam keberagaman?
John Maxwell dalam presentasi tentang The 5 Levels of Leadership, menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang ideal adalah yang dapat menjadi teladan dan sumber inspirasi bagi para pengikutnya sehingga mereka akan tetap berada di barisan yang sama bukan karena harus atau takut, juga bukan karena ingin mendapatkan sesuatu atau keuntungan pribadi semata. Saya menyetujui gaya kepemimpinan tersebut, yang menyatakan bahwa leader tersebut sudah memahami diferensiasi latar belakang dari orang-orang yang dipimpinnya sehingga tidak serta merta dan sesuka hati saja memberikan perintah. Pimpinan tersebut juga akan mempertimbangkan dan memutuskan kebijakan yang tepat untuk menyejahterakan semua anggota dari manapun dia berasal.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam keberagaman yang ada di Indonesia: suku, bangsa, asal daerah, bahasa, budaya dapat memperlihatkan banyaknya perbedaan. Namun, satu hal penting bahwa keberagaman tersebut akan menjadi kekuatan bagi setiap orang yang ingin mengoptimalkan peluang untuk memberikan manfaat positif. Sebaliknya, bagi kaum primordial sempit akan mengedepankan diversitas sebagai alasan untuk memperoleh keuntungan pribadi atau satu kelompok saja. Sementara, sebagai seorang pemimpin tujuan pribadi semata atau sekelompok orang saja tidak boleh menjadi pondasi dalam melayani kebhinnekaan.
Kelompok benda mati terkecil dikenal dengan atom dan bagian makhluk hidup terkecil adalah sel. Setiap bagian kecil dari atom dan sel memiliki fungsi unik. Akan tetapi, dalam gabungan atom dan atau sekelompok sel akan sangat baik. Atom natrium (Na+) dan klor (Cl–) sebagai atom tunggal memiliki sifat yang berbeda bahkan cenderung beracun. Sebaliknya sebagai suatu senyawa garam (NaCl), telah menjadi senyawa yang memberikan manfaat yang luar biasa kepada umat manusia. Satu sel telur tanpa bertemu satu sel sperma dan melakukan blastulasi dan gastrulasi hanya akan sebagai sel tunggal yang kurang bermanfaat. Tidak ada peleburan dan pengembangan berbagai manfaat unik dari sel telur dan sel sperma tersebut. Untuk konsep ekosistem, setiap organisme baik sebagai tumbuhan, hewan maupun manusia memiliki peran unik yang belum tentu tergantikan atau dikenal sebagai niche. Virus dan bakteri juga memiliki niche, ada yang sudah ditemukan dan dimanfaatkan serta masih banyak yang belum dikelola oleh kita. Setiap bagian kecil tersebut akan lebih efektif dan efisien dalam kesatuan utuh tanpa menafikan keunikan peran setiap bagian.
Seorang pemimpin yang memahami peran setiap bagian dalam keberagaman sangatlah diperlukan saat ini. Sang pemimpin tidak boleh menutup mata terhadap heterogenitas yang ada dalam masyarakat. Akan tetapi, dalam kapasitas untuk mempertimbangkan, merumuskan dan ”mengeksekusi” suatu keputusan, sang pemimpin yang hendak mencapai kesejahteraan masyarakat perlu melakukan yang terbaik. Seorang pemimpin harus memiliki cara pandang yang luas terhadap manfaat yang ingin dicapai, sebab jika “eksekusi” suatu keputusan hanya memberikan manfaat kepada kelompok tertentu saja maka kelompok lainnya bisa saja akan merasa termarjinalkan. Idealnya, pencapaian kesejahteraan harus implementasikan secara holistik, bukan hanya badaniah yang berupa pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan, tapi juga pemenuhan mental dan spiritual.
Konsep kesejahteraan yang berfokus pada pemenuhan sandang, pangan dan papan saja akan menghasilkan kesejahteraan masyarakat yang bersifat semu atau kesejahteraan yang tidak utuh. Masyarakat akan “terlihat sejahtera”, tetapi sesungguhnya sedang sakit. Sang pemimpin sejatinya sedang mempersiapkan “bom waktu” masalah sosial kemasyarakatan sebab ketika terjadi guncangan atau permasalahan dalam lingkup tersebut maka masyarakat yang “terlihat sejahtera” tadi akan memunculkan sifat asli yang sedang sakit. Masyarakat yang terlihat memiliki rumah, tapi sebenarnya tidak layak huni, masyarakat yang terlihat punya pekerjaan, tapi malah yang merusakkan moral dan akhlak, serta masalah sosial kemasyarakatan lainnya yang muncul oleh sebab ketidakutuhan kesejahteraan atau holistic welfare.
Pencapaian kesejahteraan pasti membutuhkan bantuan orang lain. Tim kerja merupakan kunci sukses. Kita dapat membayangkan jika dalam ekosistem hutan padang rumput, tidak ada rumput dan pohon bagi binatang pemakan rumput atau herbivora. Tidak ada pohon yang ingin muncul atau rumput tidak mau dimakan oleh herbivora. Hal ini menyebabkan kerusakan ekosistem. Semua bagian dalam ekosistem hutan padang rumput haruslah saling mendukung. Seandainya, manusia dianggap sebagai pemimpin dalam ekosistem hutan padang rumput maka dia dapat memutuskan untuk melakukan penghijauan atau tidak, keputusan menanam jenis pohon tertentu atau tidak dan lebih lanjut memutuskan memakai api untuk membakar atau tidak. Kita menginginkan pemimpin yang bijaksana untuk memutuskan cara pengelolaan atau manajemen ekosistem hutan padang rumput yang baik dan mengoptimalkan peranan setiap bagian dalam ekosistem hutan padang rumput.
Pemimpin yang sudah memahami peranan unik setiap bagian dalam masyarakat yang dipimpinnya akan mempercayakan tugas dan tanggung jawab tersebut dalam pengawasan. Sekelompok rumput boleh tumbuh dan menjadi makanan bagi herbivora namun dengan catatan populasinya yang boleh berlebihan. Api dapat digunakan untuk mengontrol rumput kering sehingga tumbuh rumput muda, semak muda hingga memungkinan tumbuhnya anak pohon baru, tetapi api tersebut tidak boleh berskala besar dan “destruktif”. Kepiawaian sang pemimpin bersama tim sangat penting untuk mendukung pencapaian kesejahteraan masyarakat termasuk kesejahteraan tim itu sendiri.
Pada akhirnya, keberagaman yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita, bangsa Indonesia patutlah untuk disyukuri serta disikapi dengan perbuatan yang dapat memberikan manfaat kepada semua lapisan masyarakat. Pemimpin sejati sangat diharapkan untuk memahami peranan dan potensi dalam keberagaman, kemudian melakukan “eksekusi” holistik sehingga memberikan kesejahteraan kepada semua pihak dalam keberagaman. Selamat melayani bagi para pemimpin. Sukses melayani dalam keberagaman, dapat dimulai dari Kelurahan LPDP UGM. Be blessed.
Tulisan oleh:

Willem Amu Blegur
Doktor Ilmu Lingkungan
Persiapan Keberangkatan (PK) 235
Angkatan Awardee: 2024 Gasal
Reviewer:
Awalia Nur Sakinah
Magister Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan




Comments (2)
Please share your thoughts regarding this blog in the comment section
Willem
September 13, 2025Semoga menambah khazanah pengetahuan dan aplikatif
admin
September 18, 2025Semoga selaras dengan harapan kak Willem, terima kasih telah berbagi kak..