The Details

Okt 11, 2025 .

Mimpi Buah Hati Anak Petani Buat Indonesia

Saya percaya bahwa setiap orang dilahirkan dengan kesempatan yang sama untuk bermimpi, meskipun kenyataan hidup sering kali memberi rintangan yang berbeda-beda. Namun nilai proseslah yang akan mengubah hidupmu. Saya Hervin Maitimu, seorang anak petani sederhana dari Negeri EMA yang terletak di selatan Kota Ambon, tepatnya di Kecamatan Leitimur Selatan, Provinsi Maluku. Kehidupan sejak kecil dipenuhi dengan keterbatasan ekonomi, namun dari sanalah lahir kekuatan, tekad, dan mimpi yang membawa saya sampai pada titik ini.

Gambar. Peta Negeri EMA Huaresirehung

Masa kecil yang dipenuhi dengan perjuangan, sembari lahir dan besar di tengah keluarga sederhana. Ayah dan ibu saya hanyalah petani dan guru biasa yang penghasilannya jauh dari cukup untuk menghidupi 6 anaknya. Terkadang, untuk sekadar memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja terasa berat, apalagi membiayai sekolah kami. Namun, dari keterbatasan itu, saya belajar arti ketulusan, pengorbanan, dan kerja keras.

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, saya telah terbiasa membantu keluarga. berjualan kue dan sayuran bersama Kakak-Kakak saya, hal tersebut dilakukan serta-merta hanya untuk menambah pendapatan keluarga. Bukan sekali dua kali saya diejek dan dirundung oleh teman sebaya karena pekerjaan itu. Bagi mereka berjualan kue adalah hal yang memalukan untuk anak seusia mereka waktu itu. Tetapi bagi saya, rasa malu itu tak sebanding dengan kebahagiaan ketika bisa membantu orangtua. Setiap rupiah yang terkumpul menjadi saksi perjuangan seorang anak kecil yang ingin tetap bisa bersekolah. Kehidupan serta kesulitan itu semakin mendorong saya untuk belajar lebih keras dan berusaha. Menyadari, pendidikan merupakan kunci satu-satunya, jalan keluar dari lingkaran kemiskinan. Ayah dan ibu selalu berkata, “Hervin, kami mungkin tidak bisa memberikan kamu dan saudara-saudaramu harta, namun kami akan terus berjuang dan berusaha agar kalian bisa tetap sekolah.” Kata-kata itu menjadi motivasi tertinggi dalam hati saya, serta menjadi suluh ketika langkah terasa berat.

Merantau demi pendidikan, perjalanan hidup membawa kami sekeluarga berpindah ke Negeri Soya, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Tujuannya jelas: agar kami bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. SMP Negeri 10 Ambon adalah pilihan saya, karena statusnya merupakan sekolah negeri dengan biaya relatif lebih murah. Di sekolah ini, saya menemukan banyak pengalaman baru untuk berprestasi. Juara 2 lomba lari 400 M dalam pekan olahraga pelajar se-Maluku adalah prestasi pertama saya, serta juara 1 lomba daur ulang sampah tingkat Provinsi dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Nasional. Prestasi itu membuat saya semakin yakin bahwa dilahirkan dari keluarga sederhana, tidak boleh membuat saya minder. Namun bersaing, berlari mengejar mimpi-mimpi itu merupakan hal terbaik daripada hanya berpasrah kepada keadaan. Setelah lulus SMP, saya melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 Ambon dengan jurusan Teknik Komputer Jaringan yang merupakan dermaga tempat saya berlabuh dan melanjutkan mimpi-mimpi. Dunia teknologi begitu menarik perhatian saya. Di balik semangat itu, ada perjuangan hidup yang tak pernah habis-habisnya, selalu ada badai yang silih berganti menerpa. Berjalan kaki sepulang sekolah seakan telah menjadi bagian dari rutinitas. Mengerjakan tugas yang membutuhkan komputer, haruslah menunggu hingga sekolah usai agar bisa meminjam fasilitas lab. Bahkan, sering kali diusir dari kelas dikarenakan memiliki tunggakan iuran sekolah. Sakit rasanya ketika teman-teman lain belajar dengan tenang sementara saya harus berpikir keras perihal biaya sekolah. Tapi, justru pengalaman itulah yang membentuk saya belajar, bahwa hidup tidak pernah memberi jalan mudah, dan hanya orang yang tekun serta tidak menyerah yang bisa bertahan. Setahun menjadi pekerja serabutan setelah tamat SMK, keinginan saya untuk kuliah harus tertunda. Biaya adalah tembok besar yang menghalang. Saya kecewa, tetapi tidak ada pilihan lain selain bekerja. Selama setahun penuh, saya menjadi pekerja serabutan, membersihkan selokan, mengangkat batu, bahkan menjadi pengantar makanan. Setiap kali melihat teman-teman sebaya memakai jaket almamater dan pergi ke kampus, hati saya terasa perih. Ada rasa iri, kesal, marah namun di dalam kondisi tersebut ada doa yang terus saya panjatkan. Saya percaya suatu saat pintu kesempatan akan terbuka.

 Lantas, saat waktu itu tiba, gambaran mahasiswa Universitas Kristen Indonesia Maluku adalah sebuah representasi jawaban atas doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan, dan jawaban itu pun tidak pernah terlambat. Fakultas Ilmu Komputer, Program Studi Informatika. Jurusan ini sesuai dengan minat saya semenjak SMK. Saya ingin memperdalam keilmuan di Bidang Teknologi dan Jaringan. Sewaktu mendaftar perkuliahan, sebuah problem baru bermunculan yang membuat saya hampir tidak bisa melanjutkan tahapan perkuliahan, biaya UKT relatif mahal. Proses berlanjut hingga disuatu waktu harapan itu pun muncul kembali, UKIM memberikan kebijakan pembayaran UKT secara bertahap sebanyak 3 kali tahapan pembayaran. Mendengar kabar tersebut, perasaan bercampur aduk antara senang, bahagia bahkan khawatir. Namun tindakan yang saya lakukan pertama kali ialah menghubungi orang tua. Begitu banyak pertanyaan mendasar yang terbesit dalam kepala saya, apakah mereka mampu dan setuju. Sebari menunggu gawai diangkat, doa selalu ku lantunkan dalam hati sambil berharap ada keajaiban. Benar saja kata-kata yang terdengar dari kedua orang tua adalah “Nak, jangan pikirkan soal biayanya. Ayah dan ibu akan berusaha, yang penting kamu bisa kuliah”. Air mata menetes, saya tahu betapa sulitnya mereka mencari uang, tetapi demi pendidikan saya, mereka rela mengorbankan apa saja.

2019, akhirnya saya resmi menjadi mahasiswa Universitas Kristen Indonesia Maluku. Sebuah perjalanan baru dimulai, aktivitas perkuliahan dibarengi dengan organisasi kampus serta pengabdian kepada masyarakat mengajarkan saya untuk tidak hanya belajar, tetapi juga berkembang dalam organisasi serta pengabdian.

Ketua Bidang Media Komunikasi dan Informasi Senat Mahasiswa Universitas UKIM (2020–2021), pernah amanahkan kepada saya. Organisasi eksternal kampus, Ketua Komisariat Ilmu Komputer UKIM Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Ambon (2021–2023) juga pernah saya jalani. Selain itu, saya juga aktif sebagai relawan Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Daerah Maluku. Saya juga terlibat dalam organisasi kemasyarakatan seperti Dasawisma Gejawas, yang mengolah pangan lokal menjadi makanan modern, serta Kelompok Tani Mantari Baru Desa Soya yang bergerak di bidang pertanian organik dan hidroponik. Semua itu saya lakukan karena saya percaya, ilmu tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga diimplementasikan pada masyarakat.

Sisi lain yang juga tak kalah penting untuk diceritakan ialah bazar jasa. Sebuah konsep dan ide untuk membuat sebuah bisnis servis laptop mahasiswa. Pemikiran ini muncul berawal dari banyaknya teman-teman mahasiswa mengeluhkan laptopnya rusak, lemot, keyboard macet, sistem error dan begitu banyak keluhan lainnya. Terlintas dibenak saya akan keterampilan yang dipelajari sewaktu duduk di bangku SMK, menginstalasi komputer, perbaikan hardware, dan jaringan. Beranjak dari itu saya mulai menawarkan jasa servis laptop dari fakultas ke fakultas. Awalnya pelanggan hanya sebatas teman-teman dekat. Namun lama-kelamaan, informasi ini menyebar. Mahasiswa, dosen, pegawai kampus, bahkan masyarakat umum mulai menggunakan jasa servis yang saya tawarkan. Penghasilan yang diperoleh dari jasa itu bisa membantu biaya kuliah, transportasi, bahkan membantu keluarga.

Hidup memang keras, tetapi selalu ada jalan bagi orang yang mau berusaha. Menjadi laboran dan asisten dosen adalah bagian lain namun tidak terpisahkan dari cerita perkuliahan. Suatu hari, kepala laboratorium komputer Universitas Kristen Indonesia Maluku memanggil saya. Beliau menawarkan posisi sebagai laboran. Tugas saya menjaga dan merawat peralatan lab. Tawaran itu saya terima dengan penuh rasa syukur. Dari situ, saya semakin banyak belajar akan pentingnya tanggung jawab. Selaras dengan itu pula, ada kepercayaan lain yang diberikan kepada saya. Menjadi asisten dosen pada beberapa mata kuliah adalah nilai yang paling bermakna bagi proses saya. Selaras dengan perjalanan itu saya juga dianugerahkan beasiswa Van Deventer dari Belanda yang turut serta membantu biaya studi saya. Semua ini membuat saya semakin yakin bahwa perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil. Semester 5 adalah Pengalaman saya berkecimpung pada dunia praktik kerja lapangan (PKL), Polda Maluku adalah tujuan saya belajar hal-hal baru. Enam bulan lamanya, saya belajar banyak tentang teknologi jaringan, terutama jaringan VSAT (Very Small Aperture Terminal), sebuah sistem internet satelit. Pengalaman itu sangat berharga dan membuka wawasan saya tentang teknologi   komunikasi di daerah terpencil semakin dirasakan serta memiliki dampak signifikan bagi saya. Bekerja di Polda Maluku telah menjadi cita-cita tertinggi saya sewaktu kecil dan sangat berharap hal ini bisa terwujud. Kemudian naik pesawat terbang yang juga merupakan impian seorang anak petani dari Negeri EMA yang dipendam bertahun-tahun lamanya, akhirnya bisa terwujud. Setelah masa PKL berakhir saya dihadapkan dengan tugas akhir Skripsi. Dengan merujuk dengan apa yang telah dipelajari sewaktu PKL, saya mencoba untuk menerapkannya pada Universitas tempat saya berkuliah dengan judul Skripsi “Analisa Efisiensi Jaringan VSAT untuk Memback-up Transmisi Jaringan Fiber Optik di Universitas Kristen Indonesia Maluku”. Saat sedang menyelesaikan skripsi, saya dihubungi oleh perusahaan telekomunikasi ZTE, yang bekerja sama dengan KOMINFO. Mereka meminta saya ikut serta dalam proyek pembangunan jaringan Telkomsel Bakti untuk daerah 3T. Saya pun berangkat ke Ternate, Maluku Utara, tepatnya di Kecamatan Jailolo. Di sana, saya bekerja sebagai Energy VSAT, membantu membangun akses internet untuk masyarakat daerah terpencil. Pengalaman itu sangat membekas saya melihat langsung betapa pentingnya teknologi bagi pendidikan, ekonomi, dan masa depan desa-desa terpencil. Setelah kembali dari Ternate, saya melanjutkan ujian skripsi dan akhirnya wisuda pada 26 Mei 2023.

 Setelah lulus, awal perjalanan karir dimulai dengan menjadi tenaga pendidik. Dekan Fakultas Ilmu Komputer UKIM merekomendasikan saya menjadi tenaga pendidik. Saya dipercaya sebagai laboran di laboratorium komputer. Hingga kini, tercatat sudah 2 tahun saya mengabdi di almamater tempat saya menuntut ilmu. Namun, impian terbesar saya tidak boleh berhenti sampai disini saja. Saya ingin menjadi dosen, karena saya percaya bahwa pendidikan adalah sebuah panggilan hidup untuk terus berjuang dan berusaha. Cita-cita saya menjadi kuat, tatkala di Fakultas tempat saya mengabdi memiliki dua konsentrasi besar: Network Engineering dan Application Development. Namun sangat disayangkan, jumlah dosen Network Engineering hanya empat orang, sementara jumlah mahasiswa yang meminatinya sangat banyak. Hal ini yang membuat saya semakin yakin untuk melanjutkan studi Magister. Saya pun mendaftar beasiswa LPDP Afirmasi. Beasiswa ini memang dirancang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Saya ingin belajar lebih dalam di bidang jaringan, agar kelak bisa kembali dan mengajar anak-anak Maluku. Saya berencana melanjutkan studi ke Universitas Gadjah Mada. Jauh-jauh hari sebelum memulai langkah perkuliahan saya telah merumuskan rencana tesis, “Implementasi Strategis Sistem Point to Multipoint Tracking Guna Memenuhi Layanan Internet pada Negeri Ema, Kecamatan Leitimur Selatan” visi untuk Desa Pintar. Saya percaya, pendidikan adalah pintu utama bagi kemajuan bangsa. Dengan ilmu yang saya miliki, saya bercita-cita membangun Desa Pintar di Maluku. Saya ingin internet tidak lagi menjadi barang mewah di pelosok, melainkan kebutuhan dasar yang bisa diakses siapa saja. Dengan akses internet, masyarakat bisa memasarkan hasil bumi, siswa bisa belajar daring, dan generasi muda bisa membuka jendela dunia. Saya ingin menjadi bagian dari perubahan itu. Saat Ini: menjadi Mahasiswa Magister di UGM merupakan perjalanan doa dan kerja keras panjang yang akhirnya berbuah manis.

Saat ini, saya telah mendapatkan beasiswa LPDP yang selama ini menjadi impian. Dengan penuh rasa syukur, kini saya telah resmi dan sedang melanjutkan studi di Universitas Gadjah Mada, Program Studi Magister Teknologi Informasi Fakultas Teknik. Bagi saya, kesempatan ini bukan sekadar capaian pribadi, melainkan sebuah amanah besar. Saya ingin membawa pulang ilmu yang saya dapatkan saat menempuh pendidikan di UGM untuk membangun Maluku dan Indonesia, khususnya dalam menghadirkan teknologi informasi yang mampu menjembatani kesenjangan pendidikan di daerah 3T. Saya percaya, dengan ilmu yang benar-benar bermanfaat, saya dapat meluaskan makna dari sebuah pengabdian, bukan hanya sebagai seorang pendidik, tetapi juga sebagai agen perubahan bagi bangsa. Sebagai penutup, perjalanan dari seorang anak petani, penjual kue yang sering dibully, kuli bangunan, hingga kini menjadi tenaga pendidik dan mahasiswa magister UGM adalah bukti nyata bahwa sebuah mimpi tidak mengenal batas. Kesulitan hanyalah cara Tuhan menempa kita menjadi lebih kuat. Saya percaya, dengan doa, kerja keras, dan keyakinan, tidak ada yang mustahil. Saya ingin terus melangkah, bukan hanya untuk diri saya sendiri, tetapi untuk keluarga, masyarakat Maluku, dan Indonesia. “Jaya Indonesiaku!”

Tulisan oleh:

Hervin Maitimu
Magister Teknologi Informasi
Persiapan Keberangkatan (PK) 257
Angkatan Awardee: 2025 Gasal

Reviewer:
Awalia Nur Sakinah
Magister Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *