Latar Belakang
Indonesia memiliki target untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor yang memberikan sumbangsih besar terhadap perekonomian negara, dapat dibuktikan dengan Kementrian Pariwisata yang menargetkan 20 juta Wisata Mancanegara (Wisman) di tahun 2020. Hal ini membuktikan sebenarnya pemerintah memiliki perhatian lebih terhadap pariwisata di Indonesia, namun pengembangan destiansi wisata di daerah-daerah di Indonesia tidak dilakukan secara merata. Perkembangan pariwisata di Indonesia seperti dua sisi mata uang yang berbeda, dimana dibeberapa daerah mengalami kemajuan dan perhatian yang baik sementara disisi lain sejumlah daerah masih dibiarkan terlantar.
Salah satu contoh yang patut dikritisi adalah pengembangan pariwisata di Bali yang lebih menitiberatkan pengembangan daerah Bali Selatan dibandinngkan Bali Utara. Sebab, kabupaten-kabupaten yang berada di Bali Selatan memberikan sumbangan APBD yang lebih besar bagi pemerintah daerah. Permasalahannya, bila sistem pengembangan pariwisata hanya disyaratkan bagi daerah yang mampu menyumbang APBD terbesar, maka daerah lain yang minim sumbangan, sektor pariwisatanya akan sulit berkembang dan semakin tertinggal.
Berangkat dari permasalahan di atas, terdapat daerah-daerah lain di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang tinggi namun tidak dikembangkan dengan baik terutama oleh pemerintah daerahnya. Salah satunya, Desa Temajuk yang berada di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Desa ini memiliki potensi pantai yang mempesona, dengan pantai pasang-surut air laut yang eksotis, ditambah garis pantai sepanjang 63KM yang dapat memanjakan mata, menjadi daya tarik utama potensi wisata di Desa Temajuk. Berkat potensinya, pantai ini menjadi peluang strategis bagi para investor untuk menanamkan modal dan membangun resor atau penginapan dengan membeli tanah pesisir milik masyarakat lokal dengan harga murah. Namun, masyarakat yang menjual tanahnya terpaksa pindah ke lokasi dataran yang lebih tinggi menggunakan hasil berjual tanah untuk bertani.
Tapal Batas di Tanah Borneo
Temajuk, nama ini mungkin asing bagi para traveler Indonesia. Terletak persis di ekor Pulau Kalimantan, menjadikan desa kecil Temajuk berada di titik terluar Kabupaten Sambas yang berbatasan langsung dengan Teluk Melano, Sarawak, Malaysia. Meski punya segudang destinasi kelas dunia, desa yang terletak di Kecamatan Paloh ini belum sepenuhnya ditunjang infrastruktur memadai. Jika ingin berkunjung ke Desa Temajuk, dibutuhkan waktu kurang lebih 3 hingga 4 jam dari pusat kota Sambas dengan menyebrangi dua sungai menggunakan Feri.
Menuju ke Desa Temajuk juga memerlukan kondisi tubuh yang fit karena medan yang ditempuh lumayan jauh dan sulit, setelah dari kota Sambas sampai ke penyebarangan kedua, Merbau, wisatawan akan melewati jalan tanah merah selama 1,5 jam. Dikarenakan kondisi jalan yang buruk jika musim panas akan sangat berdebu dan berbecek bila musim hujan. Otomatis, waktu tempuh perjalanan akan semakin lama.
Saat pertama kali datang ke Desa ini, wisatawan akan disambut tugu Garuda yang berdiri megah. Tugu ini berjarak 10 menit dari pusat desa yang dibangun pada tahun 2014. Beberapa obyek wisata yang dapat dikunjungi yakni Pantai Penyu, Wisata Tangkap Ubur-Ubur, Dermaga Camar Bulan, Pantai Teluk Atong Bahari, Wisata Rumah Terbalik danPantai Tanjung Datuk.
Desa ini terdiri diri tiga dusun yakni Dusun Camar Bulan, Dusun Maludin dan Dusun Sempadan dengan total penduduk 2.270 jiwa (Sumber: Staff Desa Temajuk). Mata pencaharian utama masyarakat Temajuk adalah bertani dan melaut. Seperti desa pada umumnya, masyarakat Desa Temajuk hidup sederhana jauh dari sentuhan teknologi karena infrastruktur pendukung baru dibangun pada tahun 2015. Bahkan listrik baru saja masuk pada tahun 2017, itupun hanya bisa digunakan siang hari. Sebelum listrik masuk, masyarakat mengandalkan mesin genset dan tenaga surya untuk membantu penerangan di malam hari.
Perkembangan wisata Temajuk meningkat secara drastis pada 2014 sampai saat ini melalui promosi pemerintah Kabupaten Sambas dan dampak terbesar diberikan oleh orang-orang yang membantu meramaikan promosi di sosial media melalui unggahan foto di media sosial seperti Facebook dan Instagram dengan tagar #exploresambas ataupun #exploretemajuk.
Persoalan Pariwisata Desa Temajuk
Akses. Pariwisata Desa Temajuk belum bisa berkembang disebabkan oleh aksesbilitas yang masih belum merata, khususnya minim jalan beraspal. Selain itu, belum adanya tour operator maupun kendaraan umum yang dapat mengangkut wisatawan dari pusat Kota Sambas membuat moda transportasi hanya bergantung pada jadwal penyebrangan Feri. Sumber Daya Manusia. Bidang pariwisata masih belum menjadi prioritas masyarakat yang sebagian besar bekerja sebagai petani dan nelayan. Akibatnya, upaya untuk meningkatkan kualitas SDM di sektor ini pun menjadi rendah. Kurang kerjasama Stakeholder. Program pembangunan infrastruktur yang memanfaatkan anggaran APBD seperti jalan dan kantor imigrasi hanya berfokus pada pembangunan fisik tidak kepada perbaikan kualitas sumber daya manusia masyarakat Desa Temajuk sehingga mereka tidak sepenuhnya paham tentang bagaimana menjadi host community yang baik. Pemerintah juga tidak mengajak masyarakat untuk bekerja sama dan memberikan sosialisasi pengelolaan potensi pariwisata, sehingga keuntungan sebagian besar dinikmati oleh investor luar.
Amenities. Sarana pendukung pariwisata di Desa Temajuk belum memadai, hal dapat dilihat dari belum adanya toilet umum dan tong sampah di area wisata. Toilet dan tong sampah hanya disediakan di penginapan-penginapan yang ada di sepanjang pantai Temajuk. Fasilitas lain seperti ATM dan internet belum tersedia serta aliran listrik yang hanya berfungsi di malam hari.
Apa yang bisa dilakukan?
Masyarakat Desa Temajuk belum sepenuhnya menikmati hasil pengembangan pariwisata di daerahnya. Solusi yang dapat diberikan untuk mendukung pengembangan pariwisata di Desa Temajuk mulai dari pemerintah, masyarakat dan pemuda desa, yakni :
Pemerintah harus secara selektif memberikan izin kepada pihak investor untuk menanamkan modal di Desa Temajuk. Setiap izin yang diminta oleh pihak investor harus terdapat MOU tentang kewajiban melibatkan masyarakat lokal sebagai pelaku utama, minimal bekerja di bagian-bagian strategis di resor atau penginapan. Untuk mewujudkan hal ini, pemerintah harus memberikan modal beasiswa kepada putra-putri Temajuk untuk berkuliah di jurusan pariwisata agar memiliki SDM berkualitas. Kebijakan pemerintah adalah salah satu kunci untuk meningkatkan kualitas suatu obyek wisata.
Solusi lain yang dapat diberikan adalah Pemerintah wajib memberikan pelatihan dasar manajemen dan pengelolaan obyek wisata kepada masyarakat lokal. Melalui pelatihan ini diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kualitas diri mereka untuk lebih jeli mengetahui potensi wisata yang bisa dikembangkan, mengatur, merencanakan, dan memelihara obyek wisata secara lebih baik.
Untuk Perangkat desa dan masyarakat lokal harus kompak bergotong-royong mengadakan swadaya untuk membangun atraksi-atraksi baru yang belum dikenali masyarakat atau memberikan inovasi terhadap atraksi-atraksi yang tersedia. Seperti tur ke hutan bakau menggunakan perahu kecil menyusuri sungai, tur ke pulau tanjung datu, mengelola tiket masuk ke beberapa pantai, dan wisata kuliner. Selain itu, perlu membuat komunitas yang bergerak di pariwisata, mengadakan berbagai kegiatan seperti pagelaran budaya untuk menarik wisatawan serta berfikir kreatif untuk menciptakan wisata baru.
Pemuda bersama pihak desa bisa bekerja sama untuk membuat proposal tentang pengadaan internet di Desa Temajuk untuk kebutuhan pariwisata seperti pembuatan Web yang berisi informasi desa, mengunggah berbagai foto lalu dimasukkan ke Web untuk promosi. Internet juga bisa memberikan akses kepada masyarakat Desa Temajuk agar dapt berkomunikasi secara cepat dan mencari informasi tentang cara pengembangan desa wisata di internet.
Community Based Tourism
Dari solusi yang sudah dikemukakan di atas maka penulis menemukan pola penyelesaian masalah yang paling sesuai dengan permasalahan yang ada di Desa Temajuk yaitu menggunakan pendekatan Pengembangan Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism). Pendekatan Community Based Tourism dijabarkan dalam tiga tahap yaitu : a) Perencanaan. Masyarakat lokal Desa Temajuk harus berinisiasi secara aktif dan mandiri mengatur, merencanakan dan mengembangkan wisata di desa mereka secara lebih baik. Dimulai dengan pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang berfungsi sebagai sebagai penggerak masyarakat untuk terlibat aktif dalam perencanaan pengembangan wisata dan menjadi mitra pemerintah dalam hal ini Pemda Kabupaten Sambas. Pokdarwis bersama masyarakat dapat merencanakan program bagaimana wisata di desa ini kedepannya seperti pembangunan pusat informasi, penentuan harga retribusi, menyediakan paket-paket wisata, menyediakan akses dan kemudahan kepada wisatawan dalam berwisata dan cara-cara promosi wisata yang menarik.
Pengembangan atau Implementasi atau Manajemen. Masyarakat dipekerjakan sebagai penjaga tiket masuk, tour guide, masyarakat juga harus merespon pengembangan wisata dengan menjadi penyedia kebutuhan wisatawan seperti penyedia homestay, nelayan yang menyediakan ikan sebagai menu barbeque, para ibu-ibu rumah tangga juga bisa menjadi tukang masak ketika ada rombongan wisatawan yang hadir, para pedagang yang menjual pernak-pernik dan oleh-oleh khas temajuk seperti kalung dan gelang yang terbuat dari kulit kerang, dan banyak masyarakat yang akan diuntungkan dengan adanya pengembangan wisata tentunya dengan bantuan Pokdarwis. Dampak Manfaat Ekonomi bagi Masyarakat Lokal. Manfaat secara ekonomi akan secara langsung berdampak signifikan kepada masyarakat lokal. Jumlah pemasukan akan meningkat signifikan dari berbagai sektor pekerjaan, seperti pedagang, nelayan, dan pengrajin.
Editor: Merlina M. B Apul
Refrences:
Ashley, Caroline dan Garland, Elizabeth. 1994. Promoting Community Based Development. Why, what, and how?. Directorate of Environmental Affairs Ministry of Environment and Tourism: Windhoek, Namibia.
Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Skripsi:
Awour Oketch, Celestine. 2016. Opportunities, Challenges And Development of Community Based Tourism Land Uses In Got Ramogi. School of The Built Environment, Department of Urban And Regional Planning. University of Nairobi.
Sumber data langsung: Staff Desa Temajuk
*Oleh
Roels Ni Made Sri Puspa Dewi
(Alumni Magister Kajian Pariwisata Universitas Gadjah Mada)
No responses yet